SIAK, RIAUBERNAS.COM - Perseteruan masalah lahan antara pihak PLN melalui PT. Waskita dan pemilik tanah H. Asril berlanjut, kedua belah pihak bersama Penghulu Kampung Maredan Barat, H. Al Jufri,  S.sos, turun ke lokasi tempat dibangunnya tower Sutet 500 KV di RT 11/RW 04 Kampung Maredan Barat.

Namun ketika turun ke lokasi lahan yang diduga diserobot oleh pihaknya itu, PT. Waskita tidak sendirian, mereka didampingi oleh dua orang anggota yang diduga berasal dari salah satu angkatan.

"Begini bapak-bapak, tanah ini (tempat tower ini bangun, red) merupakan masuk ke Kampung Maredan Barat, dipisahkan oleh sungai Pulai ini, namun disebelah sana baru masuk daerah Kampung Tualang," jelas Al Jufri kepada kedua belah pihak yang bersengketa, Senin (24/2/2020).

Namun ketika disinggung lahan ini milik siapa, Al Jufri meminta surat-suratnya terlebih dahulu. "Kalau untuk daerah saya, itu tidak ada lahan kepemilikan atas nama pak Jefri Noer, setahu saya lahan pak Jefri Noer itu banyak di Kampung Tualang. Tapi kalau lahan pak H. Asril ini ada di Kampung saya, cuma saya lihat dulu surat-suratnya," ujar Al Jufri.

Mendengar pernyataan Penghulu Al Jufri, Humas PT. Waskita, Toni, akhirnya melunak, sembari menunjukkan surat tanah yang ia bawah. Ia meminta kepada H. Asril agar dapat melanjutkan lagi pembangunan tower itu, sebab ia mengaku rugi terhadap penyetopan pekerjaan Sutet 500 Kv.

"Saya minta proyek ini dilanjutkan, saya bertanggung jawab perihal ganti rugi ini," jelas humas PT. Waskita itu

Mendengar itu, sontak H. Asril berang, "Rugi bapak saja yang dipikirkan, Saya ini korban," tegas Asril dengan wajah kemerah-merahan.

Perihal surat tanah itu, H. Asril berjanji akan menunjukkan kepada pihak Penghulu Kampung, PT Waskita, dan Pihak Pak Jefri Noer.

"Saya bersedia menunjukkan, tapi hadirkan semua, Camat, Penghulu Kampung Tualang, Penghulu Maredan Barat, dan pihak Jefri Noer. Perihal surat tanah, saya akan siapkan," pungkasnya. (Van)

 Editor : Samsul